Laras dan Breath Holding Spells

Breath Holding Spells atau lebih dikenal dengan istilah awamnya menangis hingga menahan nafas sesaat. Iya kalau istilah asingnya memang masih jarang kita dengar dikeseharian. Tp kalau sudah menyebut keywords "nangis kejang" atau "nangis kejer" atau "nangis sampai nahan nafas" pasti kita langsung ngeh ya.
Syndrom ini sedang mengelayuti hati saya. Bukan, bukan saya yg mengalaminya tp putri kecil saya, Laras Riang Sahaja. 
Serangan pertama terjadi pada tgl 28 juli 2017. Saat itu sehabis makan siang yang sangat telat disebuah resto di mall saya,Laras dan seorang teman wanita saya, Lia memutuskan untuk rehat sejenak karena hari itu memang hari yg panjang untuk kami. Saya membantu Lia berkeliling daerah selatan Jakarta untuk mencari kost dari pagi hari. 
Setelah makan siang yg telat itu,sekitar pukul 4 sore saya mengganti pakaian Laras yg kotor akibat makan yg berantakan. Entah mengapa saat itu Laras sangat rewel. Mungkin karena lelah berpanas-panas seharian dan makan siang yg kesorean. Berkali-kali Laras menolak untuk dibersihkan badannya. Tapi saya tetap kekuh untuk membersihkan dan menggantu bajunya. Saat saya ganti celananya, Laras tampak sangat marah dan mencoba untuk meberontak dipangkuan saya. Tapi saya tetap memaksa untuk memasangkannya celana bersih. Sampai akhirnya saya menyadari badan Laras terasa sangat kaku. Dengan panik saya langsung mengangkat tubuhnya yg benar saja terasa sangat keras. Otot-otot tangan dan kakinya terasa kaku. Mukanya berubah merah kebiruan dengan pandangan kosong. Saya sangat panik. Saya tepuk-tepuk pelan punggung Laras sambil terus memanggil-manggil namanya. Sekitar 3 sampai 5 detik saya rasa Laras sempat fade out, hilang kesadaran, kemudian Laras kembali sadarkan diri dan menangis kencang. Warna mukanya kembali normal dan tubuhnya tidak kaku lg tp terasa sangat lemas. Perlahan tangisnya melemah dan hanya merengek. Dengan segera saya berjalan cepat menuju nursing room dan langsung menyusui Laras. Alhamdulillah Laras menyusui dengan lancar dan kemudian tertidur. Selama itu jantung saya terus berdegup kencang. Panik, sangat panik dan rasanya ingin menangis tapi entah mengapa air mata saya tak keluar. Baru pertama kalinya saya melihat si kecil Laras seperti itu. 
Diperjalanan pulang saya terus mendekap Laras yg masih tertidur pulas. Rasanya dia sangay sangat lelah hari itu. Tidurnya benar-benar pulas. Saya sempatkan mencari tau apa yang terjadi dengan Laras melalui google. Qadaraallah saya langsung mendapati banyak sekali artikel tentang Breath Holding Spells yg gejala-gejalanya sama persis seperti yang dialami Laras saat itu. Campur aduk rasanya. Antar lega tapi juga khawatir dan penasaran karena disemua artikel yang saya baca mengatakan bahwa syndrom ini tidaklah berbahaya. Dari semua ciri-cirinya sama persis dengan apa yang Laras alami. Salah satu penyebab BHS adalah hipersensitifitas terhadap makan. Laras menang sensitif terhadap beberapa makan. Tubuhnya akan cepat memberikan reaksi alergi pada beberapa makan. Padahal sebelumnya makanan tersebut pernah dia makan, saya pun heran. Sering kali muncul bintik-bintik merah dibeberapa bagian tubuhnya. Bintik seperti bisul tapi tidak ada isinya,berwarna merah dan butuh waktu lama untuk hilang. Bisa terlihat jelas dibagian kaki dan tangan Laras hingga kini. Menurut analisa dokter, itu memang benar reaksi alergi.
Sesampai dirumah, saya menceritakan kepada suami apa yang terjadi hari itu dan apa yang saya baca di google. Dan kami sepakat membawa Laras untuk di cek kesehatannya. 
Setelah tertunda beberapa minggu akhirnya jadi juga saya dan suami membawa Laras untuk cek up kesehatannya. Di puskesmas saya jelaskan semua yang terjadi pada Laras termasuk 2 serangan susulan. Iya terjadi 2 kali seranga breath holding spells susulan dalam kurun waktu 3 minggu. Satu serangan hanya berupa menahan nafas tanpa diikuti kejanga dan hilang kesadaran. Satu serangan lagi terjadi sama persis seperti serangan pertama hanya saja durasinya lebih singkat. Di kedua serangan saya sudah mulai tenang menghadapi Laras. Hanya saja ayahnya yang baru pertama kali melihat Laras BHS sempat panik, sangat panik. 
Dari dokter puskesmas Laras dirujuk ke DSA (dokter spesialis anak) di rumah sakit hermina jatinegara. Kepada dsa kembali kami jelaskan apa yang terjadi pada Laras. Kejang tanpa demam. Yah itulah rujukan yang diberi oleh dokter puskesmas. Dsa menanyakan apakah ada riwayat kejang dikeluarga saya atau suami? Memang benar ada riwayart kejang pada suami saya, ayah Laras. 
Ibu mertua saya pernah cerita bagaiman kerasnya karakter suami saya saat masih kecil. Dia akan langsung menangis hingga badannya kaku jika dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Atau marah karena berkelahi demgan sepupunya juga membuat dia menangis hingga badannya kaku. Ya 100% mirip dengan apa yang Laras alami. Dan bhs yang dialami oleh suami saya saat kecil berlangsung cukup lama
Dsa memberitahu jika apa yang dialami Laras bukanlah hal yang serius. Memang ada indikasi tantrum tp harus melakukan penelusuran lebih dalam lagi. Dan dsa memberi saya rujukan untuk EEG. Haa EEG untuk apa? Tapi katanya baik-baik saja? Yah menurut si dokter untuk menghilangkan rasa cemas saya dan sebagai pelunas rasa penasaran saya terhadap apa yang Laras alami. Maka disusunlah jadwal EEG yaitu jumat minggu depan. 
Dan disinilah kecemasan dan kekhawatiran saya memuncak. Saya benar-benar heran tak percaya pada hasil EEG yang keluar. Karena disitu tertulis dengan jelas bahwa ada gelombang kejut atau kelombang kejang pada otak kanan dan otak kanan central Laras.  سُبْحَانَ اللّهُ bagai disambar petir siang bolong. Tangan saya bergetar dan jantung saya berdetak keras. Mata saya mengkrejap-krejap menahan air mata yang rasa-rasanya tak dapat saya bendung. Saya terus beristighfar dalam hati sambil terua membaca berulang-ulang lembar EEG Laras. اسْتَغْفِرِ اللهَ ya allaaah benar kan yang tertulis disini??? Apakah benar buah hati kecilku ini mengalami gejala epilepsi?? اسْتَغْفِرِ اللهَ ini benar-benar tak bisa saya percaya. Hati ibu mana yang tak remuk menghadapi ini? Cukup satu amplop coklat saja untuk membuat sepanjang hari saya menjadi tak karuan. Rasanya campur aduk. Kesal,marah,tak rela,sedih,pasrah tapi saya benar-benar tak tau harus berbuat apa.
Amplop itu diambil oleh suami saya dan dia mencoba menenangkan hati saya dengan berkata jangan percaya 100% karena dokter masih bisa salah. Toh saat EEG hanya didampingi oleh suster pendamping dan dalam keadaan yang tak memungkinkan.
Memang benar sih, saar dilakukan EEG waktu itu hanya ada suster pendamping. Saya tak tau persisi bagaimana prosedur EEG disana. Apa memang hanya seperi itu. Apa memang dokter spesialis saraf utk EEG- nya hanya membaca hasil EEG dan mengeluarkan dianogsa begitu saja. Wa'allahu 'alam..
Dan saat EEG Laras tidak ditidurkan diatas kasur yg tersedia tapi saya yang duduk diatas kasur tersebut sambil memangku Laras. Apa goncangan-goncangan yang saya timbulkan mempengaruhi hasil EEG? Saya pun tak tau karna tak ada kesempatan untuk bertanya kepada sang dokter bersangkutan.
Dan ada satu lagi kejanggalan pada lembar EEG Laras yaitu pada bagian deskripsi. Jelas-jelas saya menyebutkan "kejang pertama kali terjadi dengan durasi 2 sampai 5 detik". Tapi yang tertulis dilembar justru tak sesuai dengan pernyataan saya. Dilembar tertulis dengan jelas "2menit". Haaa??2 menit?? Itu bukan kejang BHS loh tapi epilepsi sungguhan. Dan itu TIDAK TERJADI PADA LARAS! Laras TIDAK KEJANG 2 MENIT! Ingin rasanya saya teriak ke muka si suster "HEY ANAKKU TIDAK KEJANG 2 MENIT! TAPI 2 SAMPAI 5 DETIK!!! Itu kedua hal yang berbeda. Saya yang bukan orang kesehatanpun bisa mencernanya. MENIT dan DETIK itu memiliki perbedaan yang sangat jauh! Jadi tolong kepada para petugas kesehatan. Tak peduli seletih apapun kalian saat bertugas, tolong lebih respect,lebih perhatian, dan pastinya lebih profesional saat bekerja. Karna kesalahan sedikit padat berpengaruh besar kepada pasien. Khususnya mental. 
Lama saya dan suami berfikir tentang ini semua. Apa yang harus kami lakukan selanjutanya? Kalau mengikuti instruksi RS sih kami harus membawa Laras ke dokter spesialis saraf. Agar tau tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya. 
Tapi hey, apa iya Laras benar-benar terindikasi epilepsi?? Bagaimana jika hanya BHS saja? Sementara BHS tidak bisa disembuhkan secara media karna berkaitan dengan sikologis anak. Tidak ada penelitian yang membuktikan jika BHS bisa disembuhkan dengan obat-obatan. Karna satu-satunya cara menangani anak dengan BHS adalah menghindari pemicu. Karena nanti sendirinya BHS akan hilang seiring dengan pertumbuhan anak dan perkembangan emosi anak. TAPI berbeda dengan epilepsi. Karena epilepsi butuh treatment obat-obatan dan terapi hingga sembuh dan mungkin seumur hidup. Waktu yang dibutuhkan untuk sembub juga tak main-main, bertahun! Dan selama bertahun pasien harus rutin minum obat, tak boleh bolong seharipun. Jika bolong maka harus ulang daripertama.
Dan untuk ciri-ciri sendiri, antar BHS dan epilepsi sangat berbeda. Pada anak BHS serangan terjadi ada pemicunya. Misalnya anak merasa sakit,marah,sedih,kesal,emosi,kecewa. Sedangkan pada epilepsi terjadi serangan tanpa pemicu. Bisa jadi saar sedang beraktifitas biasa,maka tiba-tiba terjasi serangan. Dan durasinya pun lebih lama daripada BHS.
Jelas berbeda. Bagaimana bisa sang dokter begitu cepat menegakkan dianogsa??? Apa hisa hanya dengan satu kali EEG? Sedangkan dibeberapa forum (forum orang tua dengan anak epilepsi) yang saya baca, untuk menegakkan dianogsa epilepsi dokter perlu melakukan tes EEG berulang,tak cukup hanya satu kali. Dokter juga akan melakukan wawancara dengan kedua orang tua.
Sangat berbeda bukan dengan prosedur yang saya lewati?
Dan untuk hasil EEG anak BHS seharusnya adalah NORMAL bukan ABNORMAL seperti hasil EEG Laras.
Lagi-lagi sangat berbeda bukan dengan apa yang Laras alami?
Ntahlah dimana letak kesalahan ini semua. Ntah pada saya ntah pada tes ntah pada dokter. Hanya الله سبحانه و تعالى‎ yang tau.
Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk tidak melanjutkan konsultasi ke ahli saraf seperti yang disarankan. Iya memang terdengar sangat egois! Tapi itu kami lakukan demi menghindari sugesti negatif yang ditimbulkan dari kejadian ini. Karena sejak berhubungan dengan rumah sakit,dokter,konsultasi, mood saya dan suami sering naik-turun. Tak jarang kami beradu argumen yang berujung pada pertengkaran mulut. Benar-benar menguras emosi dan tenaga. Moment-moment saat Laras di EEG saja masih terlintas jelas dikepala saya sampai saat itu. Melihatnya tertidur pulas dan ditempeli oleh kabel berkepala tembaga, benar-benar membuat saya shock berat hari itu dan hingga hari ini saat saya menulis,saya masih bisa membayangkannya dengan jelas. Setiap kali mengingatnya membuat perut saya nyeri dan hati saya ngilu.
Kami memutuskan untuk melihat perkembangan Laras selama setahun ini sambil terus perbanyak sholat dan berdoa semoga الله سبحانه و تعالى‎ mengangkat semua penyakit yang ada pada anak kami. Sejak saya menulis ini (tgl 2 november 2017) اَلْحَمْدُ لِلّهِ Laras dalam keadaan sehat. Apakah ada serang BHS lagi?? Iya benar, ada dua kali serangan. Itupun lagi-lagi dengan pemicu. 
Benar-benar terbukti, dengan menjahui hal-hal negatif yang dapat men-sugesti diri saya,suami dan Laras, semua baik-baik saja. Saya lebih bisa mengendalikan Laras saat dia marah dan ada tampak gelagat BHS,hingga saya bisa mencegahnya dengan cara mengalihkan ke hal lain. Karena setelah serangan pertama saya mempelajari bagaimana cara menghadapi anak saat BHS, saya jadi lebih tenang dan relax. Berbeda dengan suami saya yang masih belum terbiasa dan sering panik,tapi saya maklum dengan karakternya.
Sekali lagi saya dan suami kembalikan segalanya hanya kepada الله سبحانه و تعالى‎ . Semoga saya dan keluarga selalu dalam lindungan الله سبحانه و تعالى‎ dan diberi kesehatan yang berkah. Aamiin. 





(Saat Laras menjalani tes EEG dibulan Agustus 2017 di RS Hermina Jatinegara) 

Catatan penulis: 

*Breath-holding spell adalah keadaan menahan napas dan tidak bersuara dalam hitungan 5-10 detik, kemudian menangis keras lagi. Saat menahan napas dan henti napas tersebut seringkali disertai biru pada kulit terutama bibir bayi. Meskipun bukan yang normal keadaan seperti ini seringkali tidak berbahaya dan tidak perlu dikawatairkan.

Sampai sekatang belum diketahui secara pasti apa penyebab gangguan ini. Biasanya gangguan ini dipicu saat menagis keras.

Breath-holding spell adalah keadaan menahan napas dan tidak bersuara dalam hitungan 5-10 detik, kemudian menangis keras lagi. Saat menahan napas dan henti napas tersebut seringkali disertai biru pada kulit terutama bibir bayi. Meskipun bukan yang normal keadaan seperti ini seringkali tidak berbahaya dan tidak perlu dikawatairkan.

Sampai sekatang belum diketahui secara pasti apa penyebab gangguan ini. Biasanya gangguan ini dipicu saat menagis keras.

Tanda-tanda breath-holding spell:

Breath-holding spell tidak berbahaya dan bukan merupakan penyakit epilepsi. Serangan ini biasanya terjadi pada anak berusia 6 bulan hingga 2 tahun dan menyerang ketika anak baru terbangun dari tidur. Umumnya dalam sehari bisa terjadi 1-2 kali, namun setelah si kecil berusia 4 tahun akan hilang dengan sendirinya. Breath-holding spell, ditandai dengan gejala sebagai berikut :

  • Si kecil menangis keras dan menahan napasnya.
  • Di sekitar mulutnya akan terlihat warna biru lalu tidak sadarkan diri. 
  • Tubuhnya menjadi kaku dan beberapa kali terlihat bergerak seperti kejang.
  • Keadaan si kecil akan kembali normal dalam waktu kurang dari 1 menit

Penanganan

  • Selama serangan. Anda tidak perlu panik karena serangan ini tidak berbahaya dan akan berhenti dengan sendirinya. Baringkan si kecil di atas tempat tidur. Dalam posisi terlentang rata, aliran darah ke otak akan membaik dan mungkin dapat mencegah timbulnya kejang. Letakkan kompres dingin di dahinya hingga ia sadar kembali. Catat lamanya serangan dan jangan memasukan sesuatu ke dalam mulutnya. 
  • Setelah serangan. Tenangkan dirinya sambil Anda memeluknya. Jangan memperlihatkan wajah panik dan ketakutan Anda pada si kecil.
  • Pencegahan trauma. Kondisi yang paling berbahaya adalah trauma pada bagian kepala. Bila saat serangan terjadi si kecil sedang berada di dekat benda-benda keras, segera baringkan dia jauh dari benda tersebut.

Pencegahan

Karena sampai saat ini belum diketahui sebabnya serangan ini tdak dapat dicegah bila disebabkan si kecil terjatuh atau dalam kondisi marah dan ketakutan. Namun Anda bisa menghindari si kecil agar tidak menjadi biru dengan mengalihkan perhatiannya. Peluklah si kecil dan perlihatkan sesuatu yang menarik padanya. Anak yang mengalami anemia lebih sering mengalami serangan ini.

Sering terjadi pada penderita gangguan saluran cerna, gangguan hipersensitifitas dan alergi.

Penulis telah m,engadakan penbemitian pada 35 kasus bayi dengan breathholding spell. Hanpir bsebagian besar bayi mempunyai keluhan fungsi saluran cerna atau imaturitas saluran cerna lebih berat dibandingkan bayi yang lain. Ternyata dalam keadaan gangguan hipersensitifitas saluran cerna m,eningkat gangguan tersebut semakin sering dan semakin lama.

Pada umumnya bayi dengan gangguan breathholding spell  dengan gangguan saluran cerna meningkat  . Gangguan saluran fungsi cerna seperti sering MUNTAH/gumoh), kembung,“cegukan”, buang angin keras dan sering, sering rewel gelisah (kolik) terutama malam hari, BAB > 3 kali perhari, BAB TIDAK TIAP HARI. Feses warna hijau, hitam dan berbau.  Sering “ngeden, beresiko Hernia Umbilikalis (pusar), Scrotalis, inguinalis. Air liur berlebihan. Lidah sering timbul putih, bibir kering.

Biasanya disertai gangguan hipersensitifitas lainnya seperti sering timbul bintik kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut. Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Kotoran telinga berlebihan & berbau. Bekas suntikan BCG bengkak dan bernanah. Timbul bisul. Saluran napas bunyi grok-grok (hipersensitifitas bronkus) , kadang disertai batuk ringan. Sesak pada bayi baru lahir disertai kelenjar thimus membesar (TRDN/TTNB). Disertai sering bersin, hidung berbunyi, kotoran hidung banyak, kepala sering miring ke salah satu sisi karena satu sisi hidung buntu. (Sc: https://klinikbayi.com/2009/04/19/breath-holding-spell-gangguan-ringan-yang-belum-diketahui-sebabnya/)

Komentar

  1. Hai mba, salam kenal, anak saya usia 1 tahun juga begitu, dia mengalami seperti itu sejak usia 7 bulanan, sudah 5 kali dalam rentang 7 bulan sampai 1 tahun ini, ini baru mau ke dsa, soalnya saya kepikiran, sekaranh gimana kondisi nya anak mb? Sehat sehat sajakah?semoga anak kita selalu di berikan kesehatan.

    BalasHapus
  2. Mba boleh saya minta kontaknya, sy ingin sharing kebetulan kejadiannya hampir sama denga putri saya baru" ini^^

    BalasHapus
  3. Iya mb boleh tukeran nmr wa untuk sharing.. anak saya juga begitu baru2 ini setelah menangis kencang

    BalasHapus
  4. anak sy sperti mba..hsl eeg ny abnormal mungkin karna lagi demam eeg ny,alhmdulilah anak sy sehat aktip tp kata dokter epilepsi,sy gk terima ponisan itu.

    BalasHapus
  5. Pagi mba anak saya mengalami hal yg sama cuman tidak disertai kejang boleh minta no WA nya mba untuk berbagi bpengalaman

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman bawa kucing pindah ke luar pulau

Tumbuh bersama growth spurt dan kolik