Pengalaman bawa kucing pindah ke luar pulau

Pengalaman bawa kucing pindah ke luar pulau


DISCLAIMER!!!!
INI MURNI PENGALAMAN PRIBADI SAYA. SAYA TIDAK ADA MAKSUD MEMPROMOSIKAN ATAUPUN MENJATUHKAN SATU INDIVIDU ATAU INSTANSI MANAPUN. SEKIRANYA KURANG BERKENAN DENGA TULISAN SAYA, SAYA MOHON MAAF DAN BISA MENGHUBUNGI SAYA PADA ALAMAT SUREL SAYA YANG TERTERA. TERIMAKASIH.





Sebenarnya rencana pindah ini sudah tercetus sejak 2 bulan sebelumnya. Tapi masih ragu dan galau memikirkan prosedural ini dan itu. Dan dari awal niat mau pindah aku udah niat dalam hati bakal bawa kucingku, si Bibi Beton ikut serta. Selama sebulan aku cari tau sana sini, browsing di internet berbagai pengalaman orang-orang yg pernah membawa kucingnya pindah via jalan udara.

Kukira udah cukup semua info yg kudapat. Makan seminggu sebelum berangkat akupun pergi mengurus surat-surat prosedur membawa hewan naik pesawat. Awalnya aku ke dinas peternakan di daerah cipayung. Ternyata disana tidak bisa mengeluarkan surat-surat yg aku butuhkan. Dari sana aku diarahkan ke puskeswan ragunan.
Baiklah, besoknya akupun pergi ke puskeswan. Dan ternyata prosedurnya sangat panjang dan butuh waktu lama. Di puskeswan aku dijelaskan bahwa untuk mengurus SKKH (surat keterangan kesehatan hewan) aku harus punya hasil titer (hasil lab pengambilan darah) si kucing yg sudah di vaksin rabies. Dan untun mendapatkan surat tersebut aku harus menunggu paling cepat 2 minggu dan paling lama 1 bulan hari kerja. Mengapa? Dari penjelasan petugas lab, hasil titer baru bisa berhasil protect kalau pengambilan darah dilakukan paling cepat 1 minggu setelah si kucing di vaksin rabies. DANG!!! Terkejut dong aku. Kakiku seketika lemas. Air mata rasanya udh membendung dipelupuk mata karna kesal dan kecewa. Akupun berfikir "kenapa ini gaa aku urus dr sebulan yg lalu sih!???" Tapi menyesal jg percuma.

Alhamdulillah petugas lab sangat kooperatif dan memberi banyak infi bermanfaat ke aku. Dia menyarankan aku langsung ke kantor karantina bandara agar bisa meminta bantuan disana. Menurutnya disana bis melakukan tes titer dgn waktu lebih singkat, 1 minggu saja.
Secercah harapan baru untukku!
Segera aku telfon customer service bagian karantina hewan bandara. Tapi ternyata sangat susah (sama seperti kata petugas lab kalau kantor karantina sangat susah dihubungi) tapi aku gaa putus asa! Kucova hubungi kantor karantina tumbuhan. Alhamdulillah!!!! Ada yg menjawab. Singkat cerita, akupun segera berangkat hari itu juga ke kantor karantina hewan di bandara. Karna menurut penjelasan si petugas tadi, titer bis dilakukan langsung di lab karantina dalam waktu 1 minggu pasca vaksin rabies.

Sesampainya aku disana (kantor karantina hewan bandara) aku dijelaskan bahwa pengujian lab titer hanya ada hari senin,rabu,jumat. Dan aku memutuskan ikut dihari senin. Tapi sebelumnya si kucing harus divaksin rabies dulu. Dan selang setelah vaksin sampai hari H pengujian lab adalah 1 minggu.
Maka malam itu aku bawa si bibi beton ke vet dekat rumah untuk divaksin rabies dan minta dibuatkan skkh langsung dari vet itu.
Di sana bibi beton divaksin lengkap F3 dan rabies. Karna dokter khawatir keselamatan bibi beton saat harus diinapkan di karantina. Dokter khawatir bibi beton terserang virus saat diinapkan karna menurut penuturannya sudah sering terjadi saat diinapkan di karantina, sepulangnya malah kena virus distamper. Wah! Aku gaa mau dong! Bisa gawat kalau bibi beton kena virus atau penyakit lainnya. 

Seminggu setelah vaksin lengkap, aku bersiap membawa Beton ke kantor katantina hewan dan tumbuhan di bandara cgk. Aku pergi sendirian. Anakku kutitipkan ke ayahnya. 
Membawa Beton ini pun penuh perjuangan. Awalnya aku bingung mau bawa pakai apa (?). Kalau naik motor lagi aku udh gaa sanggup lagi. Badan kelelahan karna duduk berjam-jam di atas motor. Akhirnya ada 2 opsi. Pertama naik damri tapi dengan resiko aku bisa jadi diusir karena membawa hewan naik bus. Kedua, naik taxi online aku bisa bawa Beton dengan bebas tapi tarifnya mahal banget dari rumahku (Cipinang Muara) ke bandara cgk. Akhirnya kuputuskan naik damri dengan modal bismillah semoga gaa diusir.
Dan alhamdulillah aku gaa diusir. Mungkin karna aku pilih duduk paling belakang dan pojok (hahaha). Aku turun di simpang terminal cargo bandara cgk. Tepatnya dekat tower lalu berjalan kaki kira-kira 800 meter menuju kantor karantina hewan dan tumbuhan.

Sampai disana ternyata masih istirahat dan aku harus menunggu selama 1 jam lebih kemudian akupun dilayani. Tapi ada kesalah pahaman disana. Aku gaa dijelaskan bahwa aku harus kembali tanggal 4 jam 4 sore untuk mengambil Beton dan surat-surat yang diperlukan. DANG! Seketika kakiku lemas! Karena aku gaa nyangka kalau prosedurnya seperti itu. Sedangkan aku udah terlanjur beli tiket tanggal 4 jam 4 sore. Lalu kubilang ke petugas bahwa aku bersedia reschedule jam keberangkatanku jadi jam 20:30 malam agar aku bisa mengurus semua prosedur di tanggal 4 itu sampai beres dan aku bisa membawa Beton langsung!
Akhirnya surat pengantarpun di approve petugas dan aku diarahkan menuju IKH (Instalasi Karantina Hewan) dimana Beton akan diinapkan dan dilakukan titer. Di IKH pun aku dijelaskan kalau titer paling cepat keluar jam 3 sore. DUH!!! Aku galau. 

Sepulang dari sana aku berdiskusi dengan suamiku, apa yang sebaiknya kami lakukan jika kemungkinan terburuk terjadi?
Satu-satu jalan adalah menggunakan jasa agen pengiriman hewan. DUH! Duit keluar lagi toh. Selama 2 hari itu aku sibuk mencari-cari di google jada agen pengiriman hewan via udara (pesawat). Harganya beragam. Mulai dari 800.000 rupiah sampai 2,6 juta rupiah. Wah aku semakin kalut karena aku juga lagi butuh uang banyak untuk mengirim barang-barangku ke cargo. Akhirnya dengan bantuan kakak kandungku, aku dipinjami sejumlah uang untuk membayar pengiriman Beton dengan setimasi biaya 1 juta rupiah.
Yaa akhirnya aku memilih opsi cadangan, pengiriman yg paling terjangkau dengan harga 800.000 rupiah untuk pengiriman dan 250.000 rupiah untuk harga pet cargo ukuran standar. Tapi itu masih jadi opsi akhir jima kemungkinan terburuk itu sungguh terjadi. 

Hari H keberangkatanku pun tiba. Sejak semalam bahkan hari-hari sebelumnya aku sudah tak tenang memikirkan nasib Beton yang berstatus gantung. Hilang sudah semua fokusku. Aku putuskan datang lebih awal, berharap aku bisa berjumpa dengan sang drh dan memohon kemurahan hatinya untuk membantuku mengeluarkan surat-surat lebih awal.
Akhirnya setelah menunggu lebih dari 1 jam akibat jam istirahat, akupun bertemu dengan sang drh. Maka kuceritakan secara detail semua keresahannku. Tabarokallah! Sang drh luluh dan bersedia membantuku. Dia menghubungi kepala koordinator kantor karantina hewan dan tumbuhan agar bersedia membantuku mengeluarakan surat jalan Beton lebih awal. Lama kutunggu disana. Berharap orang-orang di kantor sana (katantina hewan dan tumbuhan) memberikan kabar baik.
Tapi ternyata nasib baik sedang tak berpihak padaku. Dengan raut kecewa sang drh menjelaskan bahwa mereka (orang kantor karantina hewan dan tumbuhan) gaa bisa membantu. Alasannya? Karna aku sudah terlanjur bilang kalau aku akan reschedule jam penerbangan jadi malam. Memang aku berniat demikian tapi setelah kucek dan menghubungi customer service Lion, ternyata biaya yang dibutuhkan sangat tinggi! Total untuk 2 penumpang dan ditambah bagasi adalah 1,5 juta rupiah. Sedangkan bagasiku di penerbangan awal, hangus!!! Badanku seketika lemas dan kepalaku terasa berat, air mataku perlahan membendung di pelupuk mata dan siap jatuh! 
Bagaimana tidak? Dokter hewannya saja sudah bersedia membantuku. Bahkan beliau sendiri bilang, "harusnya ini  bisa (langsung dapat surat jalan), karena status kucingnya aman. Lagipun kota tujuannya juga bukan daerah endemik, gampanglah"
Tapi apa daya, keputusan akhir tetap dari kantor karantina hewan dan tumbuhan karna butuh cap dan tanda tangan petinggi disana. 

Singkat cerita aku memilih opsi menggunakan jasa agen pengiriman hewan, akhirnya. Karna setelah kufikir, jauh lebih low cost dibandingkan harus reschedule jam penerbangan. Kalau aku pakai agen, aku hanya mengelurakan uang 1 juta sampai 1 juta 200 ribu rupiah, makan Beton akan sampai ke pangkuanku. Sedangkan reschedule jam, aku harus mengeluarkan uang 1,5 juta rupiah untuk 2 orang dan bagasi 20 kilo. Belum lagi nanti aku harus bayar bagasi khusus hewan, sekitar 250 ribu sampai 400 ribu rupiah. Itupun belum ditambah kalau bagasiku overload (karna kenyataannya memang overload 10 kilo di harga 390 ribu rupiah). Ditambah biaya operasionalku saat menunggu dari siang sampai malam menjelang berangkat. Berapa banyak uang yang harus aku keluarkan?? Bisa jadi hampir 3 juta rupiah. Jumlah yang sangat sangat banyak untukku dengan kondisiku sekarang.

Baiklah kembali ke cerita agen pengiriman Beton. Akhirnya akupun berangkat bersama anakku. Dan beton diurus oleh suamiku sampai Beton diterima langsung oleh petugas agen tersebut. Suamiku bilang total biayanya adalah 1 juta 125 ribu rupiah untuk biaya pengiriman (800k), biaya pet cargo (250k) dan biaya inap karena Beton terpaksa terbang besok hari sebab waktu yang mepet (75k). Baiklah worth it, kataku dan suamiku pun merestui.
Akhirnya Beton sampai pukul 17:45 tanggal 5 di bandara SSK II Pekanbaru. Aku langsung menjemputnya ke terminal cargo bandara dan dikenai biaya admin sebesar 16 ribu rupiah. ALHAMDULILLAH! Aku sangat puas dengan pelayanan agen ini. Pet cargonya juga bagus dan kokoh. Dan yang paling penting Beton sampai dengan sehat,selamat dan sempurna.






Baiklah... pasti kalian bosan membaca ceritaku diatas (hahahaha). Untuk yang membaca sampai akhir aku ucapkan BANYAK TERIMAKASIH! *hugs*
Berikut kuberi rincian prosedur dan biaya yang aku alami. Semoga menjadi pelajaran dan membantu memberi info baru bagi kalian yang ingin membawa hewan kesayangannya naik pesawat.

1. Mengukrus SKKH (surat keterangan sehat hewan). Jika kalian bikin di dinas atau puskeswan, datanglah 2 bulan sebelum hari H keberangaktan. Agar bisa dicek titer dan mendapatkan hasil yang bagus. TAPI jika kalian mengurusnya di vet. Datang lah 2 atau 3 minggu sebelum hari keberangkatan. Agar bisa dititer di lab katantina 2 minggu setelah vaksin rabies
SKKH terdiri dari status kucing apakah sudah vaksin rabies atau belum. Dan untuk di dinas, SKKH WAJIB BERISI HASIL TITERMakanya jangan datang dengan waktu mepet ke dinas atau puskeswan. TAPI jika kalian ingin titer di lab karantina, kalian gaa harus membawa SKKH berisi hasil titer. Cukup bukti vaksin rabies dan buku vaksin beserta SKKH dr vet klinik.
2. Membawa kucing ke kantor karantina hewan dan tumbuhan di bandara agar dikeluarkan surat jalan.
Ingat yaaa.. surat jalan bisa langsung keluar kalau SKKH lengkap dengan titer. Jika tidak, maka kucing harus masuk lab karantina 2 minggu setelah vaksin rabies.
3. Menunjukkan surat KH-11 (surat jalan yg dikeluarkan oleh kantor karantina hewan dan tumbuhan) ke bagian check in. Jangan lupa membayar bagasi hewan sebesar 40 ribu perberat hewan di dalam pet cargo ( lion).  Dan PENTING untuk sebelumnya mengecek airlines yang kalian tumpangi, apakah support membawa hewan apa tidak (?). 
KALAU kalian pakai jasa agen. Serahkan surat KH-11 tersebut kepada sang agen.
4. Hewan kesayangan siap dibawa pergi


Untuk semua biaya yang aku keluarkan.
- 450 ribu rupiah untuk SKKH dari vet klinik dan vaksin lengkap (F3 + rabies) juga transfactor 5 kapsul untuk menjaga daya tahan kucing pasca vaksin.
Dokter mana? Dok nyom di petsmile duren sawit.
- 250 ribu rupiah untuk biaya lab karantina beserta biaya inap dan fasilitas.
- 800 ribu rupiah untuk biaya pengiriman hewan
- 250 ribu rupiah untuk 1 pet cargo standar pengiriman cargo
- 75 ribu rupiah untuk biaya inap semalam Beton di pet hotel menunggu keberangkatan esok hari
- 16 ribu rupiah untuk biaya admin pengambilan Beton di terminal cargo bandara SSK II


Banyak yang bertanya-tanya, "mengapa aku segila itu memperjuangkan Beton agar bisa ikut pindah?"
Bahkan gaa sedikit yang berkata, "ahhh disana (kota tujuanku pindah) juga banyak kucing (ngapain kucing yg ini dibawa)"
Aku bingung harus menjelaskannya dari mana. Bibi Beton bukan "cuma kucing" atau "kucing kampung aja" buat aku,suamiku dan anakku. Dia udah seperti bagian dari keluarga kami. Apa iya aku tega menelantarkan anggota keluargaku??
Sejak awal aku pindah ke Jakarta dia udah kurawat sendiri. Aku steril dengan uangku. Bahkan saat aku mudik 3 kali lebaran dan meninggalkan rumah dalam keadaan kosongpun, dia gaa pernah mengkhianatiku, diaa gaa pergi ninggalin aku, dia setia menunggu aku pulang. Dan anakku juga sangat menyayanginya.

Menjelaskan hal-hal tadi kepada orang-orang yg gaa punya cinta yang sama, hanya akan membuatku frustasi. 
Lebih baik aku diam dan berdoa. Sebab aku gaa butuh penilaian orang akan keputusanku, asal suamiku meridhoi-ku.





*kh-11*

*kh-11*

*beton loading di cargo*

*beton loading di cargo*

*surat rincian lab*





Semua dokumentasi pribadi. Bagi menyimpan dan mempublikasikannya tanpa izin atau menggunakan untuk maksud komersil, akan saya tuntus jalur hukum

Komentar

  1. Kalo boleh tau pakai jasa pengiriman apa ya? Krn saya mau bawa kucing jg ke makassar dan prosesnya ternyat ribet sekali. Sedangkan saya minggu depan harus sudah ke makassar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kk apakah kucingnya jadi dibawa ke makassar? Pakai agen atau bawa sendiri kk? Aku juga rencana mau bawa kucingku ke makassar

      Hapus
  2. Terimakasih. Sangat membantu.

    BalasHapus
  3. Bu maaf mau nanya skkh itu pakai bahasa indonesia atau inggris ? Karena sy mau bawa kucing ke luar negri

    BalasHapus
  4. Aku jg rencana mau bawa kucingku ke pku

    BalasHapus
  5. wah bener bgt nih, pengurusan SKKH ribet, dan baru2 ini sepertinya peraturannya lbh ribet lg. Harus ada surat izin keluar dari pemda setempat dan surat izin masuk dari pemda tujuan. Butuh waktu 2bln sepertinya buat urus surat2

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laras dan Breath Holding Spells

Tumbuh bersama growth spurt dan kolik